Sejarah Pencinta
Alam Indonesia
Istilah
Pecinta Alam di Indonesia sebenarnya belum lama dikenal. Dahulu
memang sudah ada kelompok-kelompok yang bergerak di bidang lingkungan
hidup dan konservasi alam. Sejarah tentang kelompok Pecinta Alam, terutama
yang ada kaitannya dengan upaya pelestarian alam, sudah tercatat sejak
tahun 1912, dengan terbentuknya De Nederlandsh Indische Vereneging Tot
Natuur Rescherming. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat
secara konkret sejak tahun 1937, dengan terbentuknya Bescherming Afdeling
Van’t Land Plantetuin. Sejak saat itu kegiatan kepecintaalaman mulai
berkembang di Indonesia.
Pada Awal
tahun 1960-an kegiatan yang berorientasi pada pelestarian alam
ini mendapat pengaruh yang cukup besar dari kegiatan kepanduan (scouting).
Pandu, yang kini dikenal dengan nama Pramuka, berkembang pesat sejak tahun
1940-an, dan memang jenis kegiatan yang sering dilakukannya adalah
kegiatan olahraga, rekreasi, petualangan, membaca jejak dan ketrampilan
lainnya. Mau tidak mau, memang harus kita akui, bahwa kegiatan
kepecintaalaman bertambah muatannya dengan jenis-jenis kegiatan
petualangan karena adanya pengaruh dari kepanduan.
Istilah
“Pecinta Alam” pertama kali diperkenalkan oleh Mapala Universitas Indonesia
pada tahun 1975. Setelah berulang kali berganti nama, akhirnya
mereka menamakan kelompoknya Mapala UI. Setelah itu, terutama di era
1980-an, perkembangan kelompok-kelompok Pecinta Alam semakin pesat di
seluruh tanah air, sampai sekarang ini.
PECINTA ALAM
Kalau kita
menilik asal katanya, ‘Pecinta’ artinya orang yang mencintai, dan
alam dapat diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Kalau kita
perjelas lagi, alam berarti segalanya, baik benda hidup maupun benda tak
hidup, yang ada di dunia ini. Udara, tanah, dan air merupakan bagian dari
alam yang membantu kelangsungan hidup kita. Demikian pula dengan tanaman,
hewan, dan manusia,mereka termasuk bagian dari alam ini. Keberadaan mereka satu
dengan yang lain saling mempengaruhi. Jadi, jelas bahwa diri kita
masing-masing pun merupakan bagian dari alam semesta ini. Lalu dapatkah
kita mengatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang yang mencintai alam
semesta beserta isinya, termasuk dirinya sendiri. Bagaimana pula dengan
mereka yang memiliki hobby bertualang di alam bebas? Dapatkah mereka kita
sebut Pecinta Alam? Tampaknya memang ada kerancuan makna dalam istilah
“Pecinta Alam” tersebut: antara mereka yang mencintai alam (lingkungan)
dengan mereka yang gemar berpetualang di alam bebas. Sebagai pembanding,
di Eropa dan Amerika ada suatu terminologi yang jelas bagi mereka yang
berkecimpung dalam dunia kepecintaalaman, misalnya envi-ronmentalist
(pecinta lingkungan hidup: Green Peace), naturlist (pecinta alam seperti
sebagaimana adanya), adventure (petualangan/penjelajah),
mountaineers (pendaki gunung), outdoor sports/activities (olahraga alam
bebas: berkemah, gantole, menelusuri gua , masuk hutan, menyususri gua,
dan semestinya).
Di
Indonesia, Pecinta Alam adalah pendaki gunung, penulusuran gua,
pengarungan sungai, pemanjat tebing dan sekaligus pecinta lingkungan.
Hingga saat ini baru sedikit kelompok yang mengkhususkan aktivitasnya pada
salah satu bidang saja. Oleh karena itu, mungkin akan lebih tepat bila
dikatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang-orang yang menCINTAI ALAM
beserta segala isinya, dan yang menCINTAI petualangan alam bebas.
Istilah
Pecinta Alam di Indonesia sebenarnya belum lama dikenal. Dahulu memang sudah
ada kelompok-kelompok yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan konservasi
alam. Sejarah tentang kelompok Pecinta Alam, terutama yang ada kaitannya dengan
upaya pelestarian alam, sudah tercatat sejak tahun 1912, dengan terbentuknya De
Nederlandsh Indische Vereneging Tot Natuur Rescherming. Kemudian
Pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat secara konkret sejak tahun 1937,
dengan terbentuknya Bescherming Afdeling Van’t Land Plantetuin. Sejak saat itu
kegiatan kepecintaalaman mulai berkembang di Indonesia. Pada Awal tahun
1960-an kegiatan yang berorientasi pada pelestarian alam ini mendapat pengaruh
yang cukup besar dari kegiatann kepanduan (scouting). Pandu, yang kini dikenal
dengan nama Pramuka, berkembang pesat sejak tahun 1940-an, dan memang jenis
kegiatan yang sering dilakukannya adalah kegiatan olahraga, rekreasi,
petualangan, membaca jejak dan ketrampilan lainnya. Mau tidak mau, memang harus
kita akui, bahwa kegiatan kepecintaalaman bertambah muatannya dengan
jenis-jenis kegiatan petualangan karena adanya pengaruh dari
kepanduan. Istilah “Pecinta Alam” pertama kali diperkenalkan oleh Mapala
Universitas Indonesia pada tahun 1975. Setelah berulang kali berganti nama,
akhirnya mereka menamakan kelompoknya Mapala UI. Setelah itu, terutama di
era 1980-an, perkembangan kelompok-kelompok Pecinta Alam semakin pesat di
seluruh tanah air, sampai sekarang ini.
PECINTA ALAM
Kalau kita
menilik asal katanya, ‘Pecinta’ artinya orang yang mencintai, dan alam dapat
diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Kalau kita perjelas lagi,
alam berarti segalanya, baik benda hidup maupun benda tak hidup, yang ada di
dunia ini. Udara, tanah, dan air merupakan bagian dari alam yang membantu
kelangsungan hidup kita. Demikian pula dengan tanaman, hewan, dan manusia,
mereka termasuk bagian dari alam ini. Keberadaan mereka satu dengan yang lain
saling mempengaruhi. Jadi, jelas bahwa diri kita masing-masing pun merupakan
bagian dari alam semesta ini. Lalu dapatkah kita mengatakan bahwa Pecinta Alam
adalah orang yang mencintai alam semesta beserta isinya, termasuk dirinya
sendiri. Bagaimana pula dengan mereka yang memiliki hobby bertualang di alam
bebas? Dapatkah mereka kita sebut Pecinta Alam? Tampaknya memang ada kerancuan
makna dalam istilah “Pecinta Alam” tersebut: antara mereka yang mencintai alam
(lingkungan) dengan mereka yang gemar berpetualang di alam bebas. Sebagai
pembanding, di Eropa dan Amerika ada suatu terminologi yang jelas bagi mereka
yang berkecimpung dalam dunia kepecintaalaman, misalnya envi-ronmentalist
(pecinta lingkungan hidup: Green Peace), naturlist (pecinta alam seperti
sebagaimana adanya), adventure (petualangan/penjelajah), mountaineers (pendaki
gunung), outdoor sports/activities (olahraga alam bebas: berkemah, gantole,
menelusuri gua , masuk hutan, menyususri gua, dan semestinya).Di Indonesia,
Pecinta Alam adalah pendaki gunung, penulusuran gua, pengarungan sungai,
pemanjat tebing dan sekaligus pecinta lingkungan. Hingga saat ini baru sedikit
kelompok yang mengkhususkan aktivitasnya pada salah satu bidang saja. Oleh
karena itu, mungkin akan lebih tepat bila dikatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang-orang
yang menCINTAI ALAM beserta segala isinya, dan yang menCINTAI petualangan alam
bebas.
AKTIVITAS
PECINTA ALAM (DI INDONESIA)
Kegiatan Pecinta Alam termasuk dalam kegiatan yang mempunyai resiko tinggi (high risk activity) dan kegiatan lebih banyak dilakukan di alam bebas (outdoor activity). Sebagian besar kelompok Pecinta Alam memiliki kegiatan pokok dalam bidang kegiatan alam bebas seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, penelusuran gua, jelajah hutan, penelusuran sungai, penyusuran pantai, dan arung jeram. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu didukung dengan pengetahuan dan kegiatan penunjang seperti pengetahuan tentang orientasi medan (navigasi), pengetahuan survival, ketrampilan tali-temali, pengepakan peralatan, penguasaan PPPK, dan pengetahuan sekaligus ketrampilan mengenai SAR. Kegiatan penunjang tersebut akan banyak membantu dan diperlukan untuk menghindari atau mengurangi resiko yang sangat mungkin terjadi. Disamping itu Pecinta Alam masih perlu didukung dengan pengetahuan dan kegiatan dalam bidang lingkungan hidup seperti konservasi alam, penghijaun, bersih lingkungan, dan sebagainya. Juga kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat seperti bakti sosial, penelitian sosial, penyuluhan, dan sebagainya. Terakhir adalah kegiatan yang bersifat organisatoris seperti manajemen organisasi, regenerasi keanggotaan, kaderisasi anggota, pengembangan SDM bagi anggota, dan seterusnya. Jelas kiranya bahwa Pecinta Alam merupakan suatu kegiatan yang positif dan memiliki arti serta peran yang sangat bermanfaat bagi pengembangan pribadi, orang lain dan masyarakat. Satu pertanyaan tersisa adalah : “Mampukah kita memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri kita melalui kegiatan kepecintaalaman ? Materi Pencinta Alam didalam aktivitasnya sehari-hari sebagaimana yang dimaknakan dalam unsur kata Cinta dan Alam.” Ingatlah hai engkau penjelah alam :
Kegiatan Pecinta Alam termasuk dalam kegiatan yang mempunyai resiko tinggi (high risk activity) dan kegiatan lebih banyak dilakukan di alam bebas (outdoor activity). Sebagian besar kelompok Pecinta Alam memiliki kegiatan pokok dalam bidang kegiatan alam bebas seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, penelusuran gua, jelajah hutan, penelusuran sungai, penyusuran pantai, dan arung jeram. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu didukung dengan pengetahuan dan kegiatan penunjang seperti pengetahuan tentang orientasi medan (navigasi), pengetahuan survival, ketrampilan tali-temali, pengepakan peralatan, penguasaan PPPK, dan pengetahuan sekaligus ketrampilan mengenai SAR. Kegiatan penunjang tersebut akan banyak membantu dan diperlukan untuk menghindari atau mengurangi resiko yang sangat mungkin terjadi. Disamping itu Pecinta Alam masih perlu didukung dengan pengetahuan dan kegiatan dalam bidang lingkungan hidup seperti konservasi alam, penghijaun, bersih lingkungan, dan sebagainya. Juga kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat seperti bakti sosial, penelitian sosial, penyuluhan, dan sebagainya. Terakhir adalah kegiatan yang bersifat organisatoris seperti manajemen organisasi, regenerasi keanggotaan, kaderisasi anggota, pengembangan SDM bagi anggota, dan seterusnya. Jelas kiranya bahwa Pecinta Alam merupakan suatu kegiatan yang positif dan memiliki arti serta peran yang sangat bermanfaat bagi pengembangan pribadi, orang lain dan masyarakat. Satu pertanyaan tersisa adalah : “Mampukah kita memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri kita melalui kegiatan kepecintaalaman ? Materi Pencinta Alam didalam aktivitasnya sehari-hari sebagaimana yang dimaknakan dalam unsur kata Cinta dan Alam.” Ingatlah hai engkau penjelah alam :
1.Take
nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2.Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki] dan senantiasa ;
1.Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat dan
peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
3.Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.
2.Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki] dan senantiasa ;
1.Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat dan
peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
3.Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.
Sejarah
Pencinta Alam Serta Perkembangannya
Apabila
sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak jauh-jauh
amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan
makanan, alam adalah “rumah” mereka. Gunung adalah sandaran kepala,padang
rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah
tempat mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang
katanya lebih “bermartabat”, alam seakan menjadi barang aneh. Manusia
mendirikan rumah untuk tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk
tempatnya membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk
mengangkat kepalanya. Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.
Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai :
Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai :
Pada tahun
1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba
memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu
belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun
beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu
di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung.
Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung
yang tertua pernah dicatat dalam sejarah. Di Indonesia, sejarah pendakian
gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan “Pegunungan sangat
tinggi di beberapa tempat tertutup salju” di Papua. Nama orang Eropa ini
kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya
yakni Puncak Cartensz. Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang
dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun
1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya
Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil
dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary
dari. Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu
ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin
ramai.
Di Indonesia
sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu “Perkumpulan
Pentjinta Alam”(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan
Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci,terlepas dari
‘sifat maniak’yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan
mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya
dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulanini tak
berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana
yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun
1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. “Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?.” Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.
1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. “Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?.” Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.
Dalam
tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa :
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme itu masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.MAPALA, Pencinta alam atau Petualang ? Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme itu masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.MAPALA, Pencinta alam atau Petualang ? Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.
Kini yang
sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah, dimanakah
pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai
medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya
tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam,
misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di
kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun
bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan
kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan
kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka
cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret
oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu
dicitrakan, dengan demikian banyak diantara para “pencinta alam” itu cuma
sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat.
I.
PENDAHULUAN
Kegiatan
Alam Terbuka (KAT) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di lokasi yang masih
alami baik berupa hutan, perbukitan, pantai dll. Kegiatan di alam terbuka saat
ini banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata,
kegiatan pendidikan dan bahkan penelitian. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut,
kegiatan ini juga bermanfaat untuk mengenal Kebesaran Illahi melalui keajaiban
alam yang merupakan ciptaan-Nya berupa berbagai keneragaman hayati yang sangat
beraneka ragam yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Namun
dalam pelaksanaanya, kegiatan ini ternyata memiliki resiko yang cukup tinggi.
Karena tidak seperti kegiatan wisata lainnya yang didukung oleh fasilitas yang
menunjang keselamatan pelaku atau pengunjung, Kegiatan Alam Terbuka justru
sangat rentan terjadinya kecelakaan karena memang kegiatan ini dilaksanakan
ditempat yang masih alami seperti kondisi perbukitan terjal, jurang, aliran
sungai yang deras, dan kondisi alam lainnya yang berpotensi menimbulkan bahaya
dan juga mempersulit upaya penyelamatan bagi korban atau
penderita. Meskipun bukan suatu hal yang diharapkan, kecelakaan (accident)
memerlukan langkah antisipatif yang diantaranya dengan mengetahui atau
mendiagnosa penyakit maupun akibat kecelakaan, penanganan terhadap korban dan
evakuasi korban bila diperlukan. Hal ini memerlukan pengetahuan agar korban
tidak mengalami resiko cidera yang lebih besar.
II. DEFINISI
Pertolongan
Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat
kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan
dari tenaga medis. Ini berarti:
- Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
- Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban.
III.
DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan
Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan
tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan
dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah
tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita
sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh
orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas
kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab
penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan
kematian. Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan
atau pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai
pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama
dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi
dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang
pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan
terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam
materi ini kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut
kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.
a. Prinsip
Dasar
Adapun
prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut
diantaranya:
- Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
- Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
- Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
b.
Sistematika Pertolongan Pertama
Secara umum
urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :
1. Jangan
Panik
Berlakulah
cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban
yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan
diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi
masih mungkin untuk ditolong.
2. Jauhkan
atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya
menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan
ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong
dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan
perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan
secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.
3.
Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
Bila
pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
- Pendarahan.
Pendarahan yang
keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit.
Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan
kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang,
atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi
luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.
5.
Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban
ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang
lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan
telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara
ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak
muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami
cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam
posisi setengah duduk.
6. Jangan
memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak
boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan
cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi
korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih
dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai.
Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan
perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau
muntahan.
7. Segera
transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah
dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral
pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama
hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan
terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis
yang berkompeten.
IV.
KASUS-KASUS KECELAKAAN ATAU GANGGUAN DALAM KEGIATAN ALAM TERBUKA
Berikut
adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan
di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:
a. Pingsan
(Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak
kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi
(kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.
Gejala
- Perasaan limbung
- Pandangan berkunang-kunang
- Telinga berdenging
- Nafas tidak teratur
- Muka pucat
- Biji mata melebar
- Lemas
- Keringat dingin
- Menguap berlebihan
- Tak respon (beberapa menit)
- Denyut nadi lambat
Penanganan
- Baringkan korban dalam posisi terlentang
- Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
- Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
- Beri udara segar
- Periksa kemungkinan cedera lain
- Selimuti korban
- Korban diistirahatkan beberapa saat
- Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan
b. Dehidrasi yaitu
suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila
cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini
biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena
kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara
terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala dan
tanda dehidrasi
Dehidrasi
ringan
- Defisit cairan 5% dari berat badan
- Penderita merasa haus
- Denyut nadi lebih dari 90x/menit
Dehidrasi
sedang
- Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
- Nadi lebih dari 90x/menit
- Nadi lemah
- Sangat haus
Dehidrasi
berat
- Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
- Hipotensi
- Mata cekung
- Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
- Kejang-kejang
Penanganan
- Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
- mengganti elektrolit yang lemah
- Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
- Memberantas penyebabnya
- Rutinlah minum jangan tunggu haus
c. Asma yaitu
penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
- Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
- Terdengar suara nafas tambahan
- Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
- Irama nafas tidak teratur
- Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
- Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
- Tenangkan korban
- Bawa ketempat yang luas dan sejuk
- Posisikan ½ duduk
- Atur nafas
- Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
d. Pusing/Vertigo/Nyeri
Kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan,
gangguan kesehatan dll.
Gejala
- Kepala terasa nyeri/berdenyut
- Kehilangan keseimbangan tubuh
- Lemas
Penanganan
- Istirahatkan korban
- Beri minuman hangat
- beri obat bila perlu
- Tangani sesuai penyebab
e. Maag/Mual yaitu
gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
- Perut terasa nyeri/mual
- Berkeringat dingin
- Lemas
Penanganan
- Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
- Beri minuman hangat (teh/kopi)
- Jangan beri makan terlalu cepat
f. Lemah
jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah
kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
- Nyeri di dada
- Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
- Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
- Denyut nadi tak teraba/lemah
- Gangguan nafas
- Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
- Kepala terasa ringan
- Lemas
- Kulit berubah pucat/kebiruan
- Keringat berlebihan
Tidak semua
nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress,
tegang.
Penanganan
- Tenangkan korban
- Istirahatkan
- Posisi ½ duduk
- Buka jalan pernafasan dan atur nafas
- Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
- Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
- Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
f. Histeria yaitu
sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh
korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
- Seolah-olah hilang kesadaran
- Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
- Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
- Tenangkan korban
- Pisahkan dari keramaian
- Letakkan di tempat yang tenang
- Awasi
g. Mimisan yaitu
pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu
panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
- Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
- Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
- Kadang disertai pusing
Penanganan
- Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
- Tenangkan korban
- Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
- Diminta bernafas lewat mulut
- Bersihkan hidung luar dari darah
- Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
h. Kram yaitu
otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
- Nyeri pada otot
- Kadang disertai bengkak
Penanganan
- Istirahatkan
- Posisi nyaman
- Relaksasi
- Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
i. Memar yaitu
pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
- Warna kebiruan/merah pada kulit
- Nyeri jika di tekan
- Kadang disertai bengkak
Penanganan
- Kompres dingin
- Balut tekan
- Tinggikan bagian luka
J. Keseleo yaitu
pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
- Bengkak
- Nyeri bila tekan
- Kebiruan/merah pada derah luka
- Sendi terkunci
- Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
- Korban diposisikan nyaman
- Kompres es/dingin
- Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
- Tinggikan bagian tubuh yang luka
k. Luka yaitu
suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan/injury.
Gejala
- Terbukanya kulit
- Pendarahan
- Rasa nyeri
Penanganan
- Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
- Tutup luka dengan kasa steril/plester
- Balut tekan (jika pendarahannya besar)
- Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menangani luka:
- Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
- Keluarkan tanpa menyinggung luka
- Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
- Evakuasi korban ke pusat kesehatan
- Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
l. Pendarahan yaitu
keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja, dan waktu apa saja.
Penghentian darah dengan cara
- Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll
- Fisika:
- Bila dikompres dingin akan mengecil dan mengurangi pendarahan
- Bila dengan panas akan terjadinya penjedalan dan mengurangi
- Kimia: Obat-obatan
- Biokimia: vitamin K
- Elektrik: diahermik
m. Patah
Tulang/fraktur yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan
maupun sebagian
Gejala
- Perubahan bentuk
- Nyeri bila ditekan dan kaku
- Bengkak
- Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
- Ada memar (jika tertutup)
- Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Jenisnya
- Terbuka (terlihat jaringan luka)
- Tertutup
Penanganan
- Tenangkan korban jika sadar
Untuk patah
tulang tertutup
- Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bias digerakan/diangkat)
Sensasi (respon nyeri)
Sirkulasi
(peredaran darah)
- Ukur bidai disisi yang sehat
- Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela tubuh bawah
- Pasang bantalan didaerah patah tulang
- Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka
- Ikat bidai
- Periksa GSS
Untuk patah
tulang terbuka
1.Buat
pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang mencuat
2.Tutup
tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin
3.Ikat
dengan ikatan V
4.Untuk
selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup
Tujuan
Pembidaian
- Mencegah pergeseran tulang yang patah
- memberikan istirahat pada anggota badan yang patah
- mengurangi rasa sakit
- Mempercepat penyembuhan
n. Luka
Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat
membakar)
Penanganan
- Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen
- Perhatikan keadaan umum penderita
- Pendinginan
- Membuka pakaian penderita/korban
- Merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk daerah wajah, cukup dikompres air
- Mencegah infeksi
- Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka
- Penderita dikerudungi kain putih
- Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap dll
- Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48 jam pertama
- Bila luka bakar luas penderita diKuasakan
- Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24-48 jam pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan.
- Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh.
o. Hipotermia yaitu
suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin
Gejala
- Menggigil/gemetar
- Perasaan melayang
- Nafas cepat, nadi lambat
- Pandangan terganggu
- Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat
Penanganan
- Bawa korban ketempat hangat
- Jaga jalan nafas tetap lancar
- Beri minuman hangat dan selimut
- Jaga agar tetap sadar
- Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak (jika masih kedinginan)
p. Keracunan
makanan atau minuman
Gejala
- Mual, muntah
- Keringat dingin
- Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
- Bawa ke tempat teduh dan segar
- Korban diminta muntah
- Diberi norit
- Istirahatkan
- Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
q. Gigitan
binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang
mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang
berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi
pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.
Pertolongan
Pertamanya adalah:
- Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
- Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa
jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam
terbuka, diantaranya:
1. Gigitan
Ular
Tidak semua
ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan
diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular
tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
- Hematotoksin (keracunan dalam)
- Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
- Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang
sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan,
sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan
penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.
Penanganan
untuk Pertolongan Pertama:
- Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
- Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
- Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
- Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
- Letakkan daerah gigitan dari tubuh
- Berikan kompres es
- Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri
- Perawatan luka
- Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
- Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
- Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
- Perbaikan sirkulasi darah
- Kopi pahit pekat
- Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
- Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
- Obat-obatan lain
- Ats
- Toksoid tetanus 1 ml
- Antibiotic misalnya: PS 4:1
2. Gigitan
Lipan
Ciri-ciri
- Ada sepasang luka bekas gigitan
- Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan
- Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
- Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
3. Gigitan
Lintah dan Pacet
Ciri-ciri
- Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)
Penanganan
- Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
- Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
4. Sengatan
Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya
sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun
beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh
korban yang sangat menyakiti.
Perhatian:
- Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping
- Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.
V. EVAKUASI
KORBAN
Adalah salah
satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke
lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih
lanjut.
Prinsip
Evakuasi
- Dilakukan jika mutlak perlu
- Menggunakan teknik yang baik dan benar
- Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian
Alat
Pengangutan
Dalam
melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal
tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban
ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia
sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara
angkut yang dilaksanakan.
Bila satu
orang maka penderita dapat:
- Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
- Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
- Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas
- Dipanggul/digendong
- Merayap posisi miring
Bila dua
orang maka penderita dapat:
Maka
pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban
tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah
tulang leher atau tulang punggung.
- Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
- Model membawa balok
- Model membawa kereta
2. Alat
bantu
- Tandu permanen
- Tandu darurat
- Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
- Tali/webbing
Persiapan
Yang perlu
diperhatikan:
1. Kondisi
korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan penilaian kondisi
dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan gangguan persendian
2.
Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3.
Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih
alat
5. Selama
pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang
tidak daolam posisi benar
VI.
FARMAKOLOGI
Farmakologi
adalah pengetahuan mengenai obat-obatan. Yang dibahas disini hanya sekedar
obat-obatan standar yang sering dibutuhkan dalam Kegiatan Alam Terbuka.
NO
|
Nama Obat
|
Kegunaan
|
1
|
CTM
|
Alergi,
obat tidur
|
2
|
Betadine
|
Antiseptik
|
3
|
Povidone
Iodine
|
Antiseptik
|
4
|
Neo
Napacyne
|
Asma,
sesak nafas
|
5
|
Asma soho
|
Asma,sesak
nafas
|
6
|
Konidin
|
Batuk
|
7
|
Oralit
|
Dehidrasi
|
8
|
Entrostop
|
Diare
|
9
|
Demacolin
|
Flu, batuk
|
10
|
Norit
|
Keracunan
|
11
|
Antasida
doen
|
Maag
|
12
|
Gestamag
|
Maag
|
13
|
Kina
|
Malaria
|
14
|
Oxycan
|
Memberi
tambahan oksigen murni
|
15
|
Damaben
|
Mual
|
16
|
Feminax
|
Nyeri haid
|
17
|
Spasmal
|
Nyeri haid
|
18
|
Counterpain
|
Pegal linu
|
19
|
Alkohol
70%
|
Pembersih
luka/antiseptic
|
20
|
Rivanol
|
Pembersih
luka/antiseptic
|
21
|
Chloroetil
(obat semprot luar)
|
Pengurang
rasa sakit
|
22
|
Pendix
|
Pengurang
rasa sakit
|
23
|
Antalgin
|
Pengurang
rasa sakit, pusing
|
24
|
Paracetamol
|
Penurun
panas
|
25
|
Papaverin
|
Sakit
perut
|
26
|
Vitamin C
|
Sariawan
|
27
|
Dexametason
|
Sesak
nafas
|
Sumber
: Materi Latihan PP Ospek. KSR PMI Unit UNSOED Purwokerto.2006
VII. PENUTUP
Pertolongan
Pertama adalah sebagai suatu tindakan antisipatif dalam keadaan darurat namun
memiliki dampak yang sangat besar bagi penderita atau korban. Kesalahan
diagnosa dan penanganan dapat mendatangkan bahaya yang lebih besar, cacat
bahkan kematian. Satu hal yang perlu diingat adalah Pertolongan Pertama
merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan
tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban
mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan
Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa
penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Serahkan
penanganan selanjutnya (bila diperlukan) pada dokter atau tenaga medis yang
berkompeten.
sumber: https://edywarsanpunya.wordpress.com
Sejarah Pencinta Alam Indonesia
Reviewed by Sumber Ilmu
on
00:34
Rating:
No comments: